Makasar: Lebih dari 250 orang aktifis Partai Rakyat Demokratik (PRD) dan Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) menggelar aksi anti neoliberalisme di depan kantor PT. Inco Sulsel, siang tadi (22/07). Dalam aksinya, massa PRD dan SRMI mengajak ibu-ibu rumah tangga di makasar untuk bergabung di aksinya, serta menyatakan penolakan bersama-sama terhadap sistim neoliberalisme. Seperti diketahui, ibu rumah tangga di Makasar gelisah akibat mahalnya harga minyak tanah, yaitu Rp. 5000 per-liternya. Menurut mereka, kenaikan harga minyak tanah ini dipicu oleh pengelolaan BBM di Indonesia yang sudah diserahkan kepada mekanisme pasar. Selain itu, menurut mereka, beberapa ladang minyak kini diserahkan pengelolahannya kepada korporasi asing. Di depan PT.INCO, massa menyerukan agar seluruh perusahaan tambang milik asing segera dinasionalisasi, dan dikelolah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, massa juga menentang capres dan cawapres yang berhaluan neoliberalisme, yakni SBY-Budiono. “SBY dan Budiono ingin mengobral kekayaan alam Indonesia, melanjutkan praktek neokolonialisme di Indonesia,” teriak seorang ibu rumah tangga ketika berorasi. Koordinator aksi, Firdaus, mengatakan, Indonesia memiliki semua syarat-syarat untuk memakmurkan rakyatnya, serta menjadi bangsa yang dihormati diantara bangsa-bangsa. Hanya saja, kata dia, pemerintah yang berwatak “inlander” justru menyerahkan potensi-potensi kemajuan tersebut kepada perusahaan asing dan negara-negara imperialis. “ di tangan SBY-Budiono, Indonesia hanya akan menjadi bangsa kuli,” tegasnya.
Sementara itu, ketua PRD Sulsel, Anshar Manrulu menyerukan kepada seluruh kekuatan politik, gerakan sosial, dan tokoh-tokoh progressif untuk menciptakan blok poltik anti neoliberal. “Kita perlu menciptakan alternatif politik yang berbasiskan persatuan nasional anti neoliberal, berkarakter demokratis, dan kerakyatan untuk menggantikan kepemimpinan politik tradisional dan neoliberal sekarang ini,” ungkapnya. Menariknya, aksi ini didominasi oleh orasi politik dari ibu-ibu rumah tangga, buruh, dan rakyat miskin. Mereka begitu antusias menyampaikan kecamannya terhadap pemerintah yang, katanya, tidak becus mensejahterakan rakyatnya.
0 komentar:
Posting Komentar