Senin, 27 Februari 2012

Perjuangan Politik anggota SRMI dalam merebut kekuasaan ditingkatan RT RW di Makassar


Selama berpuluh-puluh tahun, kehidupan politik merupakan sesuatu yang susah diakses bagi seluruh rakyat, dan tentu saja rakyat miskin. Jika pada masa orde baru hambatan berpolitik datang dari struktur politik yang otoritarian, maka pada masa reformasi ini hambatannya berasal dari kerangka politik yang market oriented. Karena itu pula, maka selama puluhan tahun rakyat miskin ditaruh di luar kekuasaan, bahkan dikucilkan dari arena politik.

Sudah lama kalangan progressif dari buruh, petani, miskin kota, dan sektor feminis tidak terdengar dalam kancah politik nasional. Tetapi kali ini, menjelang pemilu yang ditawarkan struktur Pemerinthana pada tingkatan ORW( Organisasi Rukun Warga) dan ORT,(Organisasi Rukun Tetangga), sejumlah aktifis progressif dari buruh, tani, dan miskin kota akan ambil bagian dalam ajang demokrasi borjuis ini.

Untuk pertama-kalinya, 16 perempuan secara bersamaan maju dalam pemilihan ketua RW dan RT di beberapa kelurahan di Makassar.

Ke-16 perempuan itu adalah anggota Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) dan anggota Partai Rakyat Demokratik (PRD). 4 orang maju sebagai kandidat Ketua RW, sedangkan 12 orang memperebutkan Ketua RT.

Dalam pemilihan ini, semua kandidat yang juga keseluruhannya adalah ibu-ibu rumah tangga ini menjanjikan empat hal kepada pemilihnya. Pertama, menggratiskan semua pengurusan administrasi. Yang kedua, kebersihan lingkungan RW akan terpastikan. Ketiga, advokasi pendidikan dan kesehatan untuk rakyat. Dan yang keempat, siap melayani rakyat selama 24 jam.

Adapun nama-nama calon kandidat pemilihan RT RW tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dg Baji

2. Saida Aras

3. Andi Asni

4. Dg Cimmang

5. Rabasyiah

6. Dg Kebo

7. A Risma

8. Mardiana

9. Sannang

10. Santi

11. Ibu Nur

12. Ros

13. Megawati

14. Harniah

15. Dg Kanang,

16. Ratna.

Bagi para kompetitor RTRW SRMI, jabatan RT dan RW bisa menjadi sarana memperluas organisasi dan melatih kader-kader untuk mengelola kekuasaan. “Ini adalah praktik kekuasaan dalam bentuk konkret,” ujar mereka dalam sebuah rapat konsolidasi di RWRT nya masing-masing.




0 komentar:

Posting Komentar