Beberapa perempuan yang mewakili sejumlah organisasi, seperti Srikandi Demokrasi Indonesia (SDI), aktifis Perempuan Sukarelawan Perjuangan Rakyat untuk Pembebasan Tanah Air (SPARTAN), dan Perempuan dari Berdikari Online menyatakan menolak hasil pemilu presiden (Pilpres) 2009. Menurut mereka, pilpres 2009 telah gagal mengartikulasi kehendak politik rakyat, utamanya pemilih perempuan, karena diselenggarakan dengan penuh rekayasa dan kecurangan. Selain itu, pemilu telah mengeliminir hak politik jutaan rakyat Indonesia, sehingga kualitas pilpres sebetulnya sangat busuk. Mereka juga menilai, pemerintahan yang dihasilkan oleh pilpres yang penuh rekayasa, adalah pemerintahan yang tidak legitimate. Pernyataan ini disampaikan perwakilan masing-masing organisasi pada komferensi persnya di Galeri Publik IGJ, jalan Diponegoro nomor 9, Menteng, siang tadi (24/07).
“Perempuan sebetulnya adalah kekuatan politik penentu, karena jumlahnya mengcakup 51% dari total pemilih. Akan tetapi, di pilpres ini, suara perempuan hanya menjadi angka-angka yang diperjual belikan oleh para politisi pengejar kekuasaan,” ujar salah seorang perwakilan perempuan. Selanjutnya, mereka menyerukan kepada seluruh lapisan sosial masyarakat, khususnya kaum perempuan, untuk melakukan gerakan politik guna meminta pertanggung jawaban KPU dan pemerintahan SBY atas pelaksanaan pemilu curang. mereka menuntut agar seluruh anggota KPU, sebagai pihak paling bertanggung jawab atas morat-maritnya pemilu, segera diseret ke pengadilan.
Ulfa
0 komentar:
Posting Komentar